Hamasah di Jalan Da'wah
Perjalanan dakwah masih panjang. Salah satu faktor yang membuat kita dapat bertahan dan terus eksis di jalan dakwah adalah adanya hamasah (semangat) dan iradah (kehendak) kuat yang tertanam dalam jiwa kita.
Bakti Kepada Orangtua
Tidak ada kebahagiaan tanpa bakti kepada orangtua. Sebab orangtua adalah salah satu sumber mata air dalam kehidupan kita. Motivasi, dorongan dan do'a mereka tentu sangat kita butuhkan dalam hidup kita, dan demi keberhasilan kita. Satu hal yang pasti, ridlo Allah sangat teergantung dengan ridlo orangtua (Eman Sulaeman/motivasi perpisahan kelas VI SDIT Ummul Quro Bogor)
Dasar itu bernama: KELUARGA
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan(QS: At-Tahrim: 6)
Tebarlah Manfaat dan Kebaikan Sebanyka-banyaknya
Memberikan manfaat kepada orang banyak tidak harus mengunggu menjadi orang besar. Sebab orang-orang besar justeru mereka yang selalu meberikan manfaat kepada banyak orang pada posisi apapun dia...
Biduk Kebersamaan
Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Adakah di antara kita yang tersayat atau terluka ? Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.
Kamis, 30 September 2010
Kamis, 30 September 2010
http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/lynette-wehner-mengajar-di-sekolah-islam-mengantarnya-ke-cahaya-islam.htm
Kamis, 29 Juli 2010
Kamis, 29 Juli 2010
Sukses itu Pilihan !!
Rabu, 28 Juli 2010
Rabu, 28 Juli 2010
Selamat Tinggal Piala Dunia, Selamat Datang Ramadhan !…
Pesta sepakbola paling akbar di dunia sudah usai kurang lebih sebulan yang lalu. Ya, hajatan Piala Dunia 2010 sudah selesai dengan mendaulat Spanyol sebagai juaranya. Para pendukung Spanyol (mungkin termasuk kalian di dalamnya) tentu sangat bergembira dengan hasil tersebut, karena jagoannya menang di Piala Dunia.
Hajatan Piala Dunia memang selalu menyihir jutaan orang di dunia. Betapa tidak, dan yang biasanya kurang senang dengan sepakbola biasanya ikut-ikutan juga menonton, bahkan rela begadang, serta rajin memperbincangkan hasil-hasil pertandingan. Betul kan? Ayo, jujur aja deh.. Jangan tanya mereka yang memang hoby dengan olahraga si kulit bundar itu, pasti tak ada pertandingan yang dilewatkannya.
Ngomong-ngomong tentang nonton Piala Dunia, kenapa ya kita rela bangun tengah malam? Begadang? Bahkan rela bela-belain nonton bareng? Atau kadang bahkan ada rela nyiapin cemilan atau makanan ringan segala? Ayo, kenapa coba, pada tahu gak?.. Ada banyak alasannya tentunya, bisa karena jarang (4 tahun sekali), latah atau ikut-ikut ramein biar dianggap gaul, atau memang karena hoby, dan berbagai macam alasan lainnya. Tapi dari sekian alasan, kayanya tidak ada yang nyangkut dengan masalah akhirat, tempat yang akan kita singgahi nanti, serta menambah pahala kita. Betul gak? Meskipun gak haram juga sih nonton bola.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, saya cuma mau mengingatkan, sebentar lagi kita akan menghadapi event tahunan yang lain, hajatan besar, bahkan lebih besar daripada Piala Dunia, acara yang sangat penting dan tidak boleh kita lewatkan sedikitpun momen-momennta, karena manfaatnya tidak hanya akan kita rasakan di dunia tapi juga di akhirat. Ya, hajat besar itu adalag bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, pahala, kelebihan, dan manfaat-manfaat lainnya.
Saudara-saudaraku yang dirahmti Allah, ayo kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh senang dan suka cita. Kita persiapkan kedatangannya dengan sebaik-baiknya. Kalau untuk Piala Dunia kita rela nyiapin segala sesuatu, rela bangun tengah malam, kenapa untuk bulan Ramadhan tidak? Padahal manfaat dan kelebihannya sudah tentu lebih banyak untuk kita. Jadi, saatnya kita ucapkan, Selamat Tinggal Piala Dunia, Selamat Datang Ramadhan !...** (Mans)
Selasa, 27 Juli 2010
Selasa, 27 Juli 2010
Karena Setiap Kita Berhak untuk Sukses
Tiba-tiba, sang guru melipat-lipat dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak ”Saya… saya... saya....” Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu.
Melihat antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan kotor. Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut, sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini?”
Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal, dan bahkan bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku, Guru… aku....”
”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?”
”Jelek itu kan hanya bentuknya saja, Guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus ribu,” jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang itu.
Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar. Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan. Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak. Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri, dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka sukses pasti kalian dapatkan.”
Anak-anak sekalian yang Bapak cintai, tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang, jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka untuk kita.
Karena itu, seberat apa pun perjuangan yang kita lakukan, seganas apa pun padang gurun yang kita harus lewati, setinggi apa pun gunung yang akan kita daki, seluas apa pun samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat ”Sukses adalah hak Saya!”. Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri kita. Perjuangkan!!!
Salam Sukses !! Dan selamat Hari Anak Nasinal tahun 2010. (Mans; Sumber: Andri Wongso, Pembelajar.com)
Menjadi GURU SUKSES adalah Pilihan
Sudahkah Kita Membuat Ibu Tersenyum??
Kasih ibu..
kepada beta..
tak terhingga sepanjang masa..
hanya memberi..
tak harap kembali..
bagai sang surya menyinari dunia…
Kita tentu hafal betul dengan syair lagu diatas. Ya, syair lagu yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan berterima kasih atas segala pengorbanan yang sudah diberikan oleh ibu kita.
Bagi kita, ibu tentu adalah sosok yang mulia. Dengan tiada kenal lelah ia telah berusaha dan berdo’a demi kebahagiaan kita, putra-putrinya. Kadang air mata kita menitik, saat kita mengingat perjuangan beliau, dari kita kecil hingga sampai sekarang. Membayangkan bagaimana susahnya beliau mengandung, mempertaruhkan nyawa dalam melahirkan kita, mendidik, mengajari kita sepatah demi patah kata, setapak demi setapak langkah, mendampingi, menuntun, melindungi, dan tak akan membiarkan kita sedih atau terluka. Sampai saat inipun, doa-doa beliau masih mengalir untuk kita, demi kebahagiaan, demi kemudahan langkah, demi tercapainya cita-cita kita karena kasihnya yang begitu mendalam. Kasihnya yang tak habis sepanjang jaman. Berapapun uang atau harta kita berikan padanya, tak akan mampu membalas semua kasih sayangnya pada kita.
Pantas saja jika kemudian ada pepatah mengatakan: surga ada di bawah telapak kaki ibu, atau jika kemudian rasul menyuruh kita untuk memuliakan ibu, ibu, ibu, 3 kali lipat sebelum kemudian menyebut ayah, tentu karena perjuangan dan pengorbanan beliau sejak kita dalam kandungan.
Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita memuliakan ibu? Sudahkah kita membahagiakannya? Sudahkah kita berterima kasih kepadanya? bersyukur kepada Allah yang telah memberikan sosok ibu kepada kita? Dan satu hal lagi, sudahkah kita membuat ibu kita tersenyum? Ya, tersenyum bangga dengan prestasi dan akhlak kita. (Mans)
Kelasku, Laboratoriumku
Pernahkah Anda melaksanakan praktikum atau penelitian di laboratorium? Atau pernahkah Anda masuk ke laboratorium? Atau minimal pernahkah Anda melihat orang yang sedang praktikum di laboratorium? Mengagumkan, dan terkesan intelek bukan?
Laboratorium. Ya, satu tempat yang biasanya mengesankan ilmiah. Tempat orang-orang terpelajar melakukan berbagai penelitian dan eksperimen untuk memecahkan satu permasalahan tertentu, menemukan satu temuan baru, ilmu baru, atau bahkan menemukan sesuatu yang spektakuler yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Laboratorium. Ya, satu tempat yang sebagiannya bahkan harus steril, bersih, dan rapi. Tidak boleh orang masuk seenaknya. Setiap yang masuk harus siap dengan segala peraturan dan prosedur yang berlaku. Sebagian lagi, bahkan sampai urusan pakain pun tidak boleh sembarangan.
Namun pernahkah terpikir oleh kita, ruangan kelas yang setiap hari kita masuki, ruangan kelas yang dari pagi sampai sore kita tempati, ruangan kelas yang sepanjang hari kita melakukan berbagai macam aktifitas disana, bukankah sebetulnya sama dengan laboratorium?
Kelas adalah laboratorium
Kelas adalah laboratorium. Kelas adalah tempat orang-orang intelek mengabdikan diri. Kelas adalah tempat yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang yang tidak punya keahlian dan pengetahuan. Kelas adalah tempat kita melaksanakan praktikum dan penelitian. Kelas adalah tempat kita mengeksplorasi segenap pengetahuan dan kemampuan kita. Kelas adalah tempat yang tidak boleh kita masuki seenaknya, tanpa persiapan yang matang. Kelas adalah tempat yang di dalamnya harus ada rule, prosedur, dan tata tertib yang jelas.
Oleh karena kelas adalah laboratorium, maka sebetulnya kita adalah ibarat seorang ilmuwan. Kita adalah seorang ilmuwan yang sedang melakukan berbagai macam penelitian tentang segala macam tingkah dan perkembangan anak-anak kita di kelas. Intelektualitas mereka, emosioanl mereka, sampai spiritual mereka. Kita adalah seorang ilmuwan yang sedang berupaya menemukan jurus jitu, langkah yang tepat dan efektif untuk mencetak generasi yang bermutu, generasi yang unggul, generasi yang tangguh, generasi yang hebat, generasi yang luar biasa, generasi saleh cendekia. Kita adalah seorang ilmuwan yang sedang berupaya menemukan cara baru mendidik dan mengajar anak.
Guru yang Ilmuwan
Memaknai kelas sebagai laboratorium, memang bukan perkara mudah, tapi bukan juga perkara yang sulit. Karena intinya terletak pada kemauan. Jika ada kemauan maka segala sesuatunya tentu jadi akan terasa mudah.
Menempatkan kelas sebagai laboratorium ada pada wilayah atitude, wilayah sikap. Tidak berhenti hanya sebatas pada persefsi. Sebab, jika kita berhenti hanya pada titik persefsi, maka, haqqul yakin, kita tidak akan mendapatkan banyak perubahan yang terjadi di kelas kita. Kita tidak akan banyak mendapatkan pengalaman baru selama bertahun-tahun berada di kelas kita. Yang lebih parah lagi, (mudah-mudahan tidak terjadi pada kita) kita tidak akan banyak melihat perubahan positif dalam setiap perkembangan anak didik kita.
Agar hal diatas tidak terjadi pada kita, maka bersikap sebagai seorang ilmuwan tentu menjadi sebuah keharusan. Bersikap seolah seorang ilmuwan tentu akan banyak membantu kita dalam melaksanakan tugas mulia kita sebagai seorang guru.
Seorang ilmuwan – yang benar-benar ilmuwan - setidaknya memiliki dua sikap sebagai berikut:
1. Tidak pernah berhenti belajar.
Belajar adalah kata wajib bagi seorang ilmuwan. Jika ada ilmuwan yang berhenti belajar maka dengan sendirinya sebetulnya ia sudah keluar dari orbit para ilmuwan.
Demikian juga bagi guru, belajar adalah kata wajib. Guru yang baik adalah seorang pembelajar sejati. Sebab tidak mungkin guru akan mengajarkan banyak hal dengan baik terhadap anak didiknya ketika ia tidak memiliki ilmu. Dan ilmu hanya bisa diperoleh dengan cara belajar.
Belajar tidak harus selalu di kelas formal. Banyak tempat dan sarana yang bisa kita manfaatkan untuk belajar. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam rangka belajar. Membaca buku, majalah, koran, jurnal dan lain-lain, berkunjung ker perpustakaan, browsing di internet, sharing dan diskusi dengan rekan guru yang lain, mengikuti seminar-seminar dan pelatihan, mengamati lingkungan sekitar, belajar dari pengalaman-pengalaman yang sudah kita lakukan, belajar dari pengalaman-pengalaman guru lain yang berhasil, serta hal-hal lainnya yang bisa kita manfaatkan sebagai sarana belajar.
2. Tidak pernah berhenti mencoba.
Seorang ilmuwan yang berhasil menemukan penemuan baru tentu tidak berhasil dalam sekejap mata. Butuh waktu, bahkan ada yang baru berhasil dalam tempo tahunan. Ada proses percobaan yang berkali-kali dilakukan. Kisah-kisah para ilmuwan yang terkenal dan melegenda seperti yang kita ketahui sekarang menjadi bukti hal itu.
Mencoba bukan sesuatu yang tabu. Selama sesuatu yang akan kita coba adalah baik dan bukan hal-hal yang dilarang agama, maka tidak ada larangan untuk mencobanya. Tidak perlu ragu dan jangan takut gagal.
”Banyak tokoh dunia sukses bukan karena mereka tidak pernah gagal. Tetapi, bagaimana mereka merespons, berpikir, bertindak, dan menyikapi kegagalan itulah yang justru mengantarkan mereka pada puncak kesuksesan. Jatuh bangun adalah proses biasa dalam meraih kesuksesan.
Seperti puncak gunung tak akan dicapai tanpa melalui jalan naik-turun nan terjal. Bahkan, belukar dan kebuntuan jalan. Setiap dari kita, termasuk Anda, perlu memiliki sebuah perbendaharaan atau pun referensi yang bisa kita jadikan pegangan saat mengalami kegagalan”.
Anda pun bisa melihat sendiri orang-orang serupa di sekitar Anda. Ada satu benang merah yang menarik. Saat Anda mengalami kegagalan, jangan kalang kabut. Jangan biarkan energi Anda habis terkuras hanya karena terbekap kegagalan. Sungguh sangat arogan jika kita selalu berharap semua berjalan mulus tanpa kendala. Ambillah medali kemenangan dari setiap kegagalan yang kita alami. Kita tidak mungkin sukses tanpa memiliki keberanian untuk gagal.Lihatlah mereka yang sukses itu. Mereka melewati berbagai tantangan dan kesulitan dengan jiwa besar. Kegagalan paling buruk adalah mereka yang mencoba, lalu kalah dan menyerah. Dag Hammarskjold pernah bilang, jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena, Anda kemudian akan melihat betapa rendahnya gunung itu”. (Anthony Dio Martin)
Jadi, tetaplah selalu mencoba melakukan hal-hal baru di kelas kita. Tetaplah selalu melakukan eksperimen-eksperimen pembelajaran di kelas kita. Temukan pengalaman-pengalaman baru. Temukan hal-hal baru. Temukan metode-metode baru. Jadikan kelas kita sebagai laboratorium kita. Sebab hanya dengan cara itulah kita bisa berkembang, kita bisa berubah. Karena, ketika kita melakukan yang itu-itu saja di dalam pembelajaran di kelas kita, berarti sebetulnya kita hanya mengulang-ngulang satu pengalaman. Tidak ada yang baru. Tidak ada yang berkembang. Tidak ada yang berubah. Stagnan.
Sekarang, semuanya berpulang kepada Anda. Tinggal bagaimana Anda memutuskan. Pertanyaan-pertanyan seperti kondisi kelas seperti apakah yang Anda inginkan? Kelas seperti apakah yang akan Anda ciptakan? Sosok guru seperti apakah yang Anda inginkan? Silahkan Anda jawab, silahkan Anda putuskan! Namun satu hal yang pasti, sejatinya kelas adalah laboratorium kita.**(Mans/15-03-09)