Selasa, 27 Juli 2010

Selasa, 27 Juli 2010

Kelasku, Laboratoriumku



Pernahkah Anda melaksanakan praktikum atau penelitian di laboratorium? Atau pernahkah Anda masuk ke laboratorium? Atau minimal pernahkah Anda melihat orang yang sedang praktikum di laboratorium? Mengagumkan, dan terkesan intelek bukan?
Laboratorium. Ya, satu tempat yang biasanya mengesankan ilmiah. Tempat orang-orang terpelajar melakukan berbagai penelitian dan eksperimen untuk memecahkan satu permasalahan tertentu, menemukan satu temuan baru, ilmu baru, atau bahkan menemukan sesuatu yang spektakuler yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Laboratorium. Ya, satu tempat yang sebagiannya bahkan harus steril, bersih, dan rapi. Tidak boleh orang masuk seenaknya. Setiap yang masuk harus siap dengan segala peraturan dan prosedur yang berlaku. Sebagian lagi, bahkan sampai urusan pakain pun tidak boleh sembarangan.
Namun pernahkah terpikir oleh kita, ruangan kelas yang setiap hari kita masuki, ruangan kelas yang dari pagi sampai sore kita tempati, ruangan kelas yang sepanjang hari kita melakukan berbagai macam aktifitas disana, bukankah sebetulnya sama dengan laboratorium?

Kelas adalah laboratorium
Kelas adalah laboratorium. Kelas adalah tempat orang-orang intelek mengabdikan diri. Kelas adalah tempat yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang yang tidak punya keahlian dan pengetahuan. Kelas adalah tempat kita melaksanakan praktikum dan penelitian. Kelas adalah tempat kita mengeksplorasi segenap pengetahuan dan kemampuan kita. Kelas adalah tempat yang tidak boleh kita masuki seenaknya, tanpa persiapan yang matang. Kelas adalah tempat yang di dalamnya harus ada rule, prosedur, dan tata tertib yang jelas.
Oleh karena kelas adalah laboratorium, maka sebetulnya kita adalah ibarat seorang ilmuwan. Kita adalah seorang ilmuwan yang sedang melakukan berbagai macam penelitian tentang segala macam tingkah dan perkembangan anak-anak kita di kelas. Intelektualitas mereka, emosioanl mereka, sampai spiritual mereka. Kita adalah seorang ilmuwan yang sedang berupaya menemukan jurus jitu, langkah yang tepat dan efektif untuk mencetak generasi yang bermutu, generasi yang unggul, generasi yang tangguh, generasi yang hebat, generasi yang luar biasa, generasi saleh cendekia. Kita adalah seorang ilmuwan yang sedang berupaya menemukan cara baru mendidik dan mengajar anak.

Guru yang Ilmuwan
Memaknai kelas sebagai laboratorium, memang bukan perkara mudah, tapi bukan juga perkara yang sulit. Karena intinya terletak pada kemauan. Jika ada kemauan maka segala sesuatunya tentu jadi akan terasa mudah.
Menempatkan kelas sebagai laboratorium ada pada wilayah atitude, wilayah sikap. Tidak berhenti hanya sebatas pada persefsi. Sebab, jika kita berhenti hanya pada titik persefsi, maka, haqqul yakin, kita tidak akan mendapatkan banyak perubahan yang terjadi di kelas kita. Kita tidak akan banyak mendapatkan pengalaman baru selama bertahun-tahun berada di kelas kita. Yang lebih parah lagi, (mudah-mudahan tidak terjadi pada kita) kita tidak akan banyak melihat perubahan positif dalam setiap perkembangan anak didik kita.
Agar hal diatas tidak terjadi pada kita, maka bersikap sebagai seorang ilmuwan tentu menjadi sebuah keharusan. Bersikap seolah seorang ilmuwan tentu akan banyak membantu kita dalam melaksanakan tugas mulia kita sebagai seorang guru.
Seorang ilmuwan – yang benar-benar ilmuwan - setidaknya memiliki dua sikap sebagai berikut:
1. Tidak pernah berhenti belajar.
Belajar adalah kata wajib bagi seorang ilmuwan. Jika ada ilmuwan yang berhenti belajar maka dengan sendirinya sebetulnya ia sudah keluar dari orbit para ilmuwan.
Demikian juga bagi guru, belajar adalah kata wajib. Guru yang baik adalah seorang pembelajar sejati. Sebab tidak mungkin guru akan mengajarkan banyak hal dengan baik terhadap anak didiknya ketika ia tidak memiliki ilmu. Dan ilmu hanya bisa diperoleh dengan cara belajar.
Belajar tidak harus selalu di kelas formal. Banyak tempat dan sarana yang bisa kita manfaatkan untuk belajar. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam rangka belajar. Membaca buku, majalah, koran, jurnal dan lain-lain, berkunjung ker perpustakaan, browsing di internet, sharing dan diskusi dengan rekan guru yang lain, mengikuti seminar-seminar dan pelatihan, mengamati lingkungan sekitar, belajar dari pengalaman-pengalaman yang sudah kita lakukan, belajar dari pengalaman-pengalaman guru lain yang berhasil, serta hal-hal lainnya yang bisa kita manfaatkan sebagai sarana belajar.

2. Tidak pernah berhenti mencoba.
Seorang ilmuwan yang berhasil menemukan penemuan baru tentu tidak berhasil dalam sekejap mata. Butuh waktu, bahkan ada yang baru berhasil dalam tempo tahunan. Ada proses percobaan yang berkali-kali dilakukan. Kisah-kisah para ilmuwan yang terkenal dan melegenda seperti yang kita ketahui sekarang menjadi bukti hal itu.
Mencoba bukan sesuatu yang tabu. Selama sesuatu yang akan kita coba adalah baik dan bukan hal-hal yang dilarang agama, maka tidak ada larangan untuk mencobanya. Tidak perlu ragu dan jangan takut gagal.
”Banyak tokoh dunia sukses bukan karena mereka tidak pernah gagal. Tetapi, bagaimana mereka merespons, berpikir, bertindak, dan menyikapi kegagalan itulah yang justru mengantarkan mereka pada puncak kesuksesan. Jatuh bangun adalah proses biasa dalam meraih kesuksesan.

Seperti puncak gunung tak akan dicapai tanpa melalui jalan naik-turun nan terjal. Bahkan, belukar dan kebuntuan jalan. Setiap dari kita, termasuk Anda, perlu memiliki sebuah perbendaharaan atau pun referensi yang bisa kita jadikan pegangan saat mengalami kegagalan”.

Anda pun bisa melihat sendiri orang-orang serupa di sekitar Anda. Ada satu benang merah yang menarik. Saat Anda mengalami kegagalan, jangan kalang kabut. Jangan biarkan energi Anda habis terkuras hanya karena terbekap kegagalan. Sungguh sangat arogan jika kita selalu berharap semua berjalan mulus tanpa kendala. Ambillah medali kemenangan dari setiap kegagalan yang kita alami. Kita tidak mungkin sukses tanpa memiliki keberanian untuk gagal.Lihatlah mereka yang sukses itu. Mereka melewati berbagai tantangan dan kesulitan dengan jiwa besar. Kegagalan paling buruk adalah mereka yang mencoba, lalu kalah dan menyerah. Dag Hammarskjold pernah bilang, jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena, Anda kemudian akan melihat betapa rendahnya gunung itu”. (Anthony Dio Martin)

Jadi, tetaplah selalu mencoba melakukan hal-hal baru di kelas kita. Tetaplah selalu melakukan eksperimen-eksperimen pembelajaran di kelas kita. Temukan pengalaman-pengalaman baru. Temukan hal-hal baru. Temukan metode-metode baru. Jadikan kelas kita sebagai laboratorium kita. Sebab hanya dengan cara itulah kita bisa berkembang, kita bisa berubah. Karena, ketika kita melakukan yang itu-itu saja di dalam pembelajaran di kelas kita, berarti sebetulnya kita hanya mengulang-ngulang satu pengalaman. Tidak ada yang baru. Tidak ada yang berkembang. Tidak ada yang berubah. Stagnan.
Sekarang, semuanya berpulang kepada Anda. Tinggal bagaimana Anda memutuskan. Pertanyaan-pertanyan seperti kondisi kelas seperti apakah yang Anda inginkan? Kelas seperti apakah yang akan Anda ciptakan? Sosok guru seperti apakah yang Anda inginkan? Silahkan Anda jawab, silahkan Anda putuskan! Namun satu hal yang pasti, sejatinya kelas adalah laboratorium kita.**(Mans/15-03-09)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates